dua dunia, satu pribadi

Posted in By vika valianty 0 comments

Apa yang kulihat bukanlah yang mereka lihat. Apa yang kulihat adalah dunia dimana hanya aku dan hatiku yang mengetahuinya. Aku tidak tahu apa yang mereka lihat karena aku tidak dapat melihat apa yang mereka lihat, begitupun mereka tidak dapat melihat apa yang kulihat.
Boy, demikianlah mereka memanggilku. Sejujurnya aku bukan orang yang suka berkenalan dengan orang lain, karena aku merasa hidup di dunia yang berbeda dengan mereka. Maka tak satupun temanku yang tahu siapa namaku sebenarnya. Aku juga tak ingin kamu tahu. Aku tidak buta sejak lahir, namun ketika umurku 1 tahun aku mengalami kecelakaan mobil ketika berlibur ke kampung halamanku, di Semarang. Serpihan kaca menusuk kedua mataku dan merobek retinaku hingga menusuk ke kornea, sehingga aku buta. Ayah dan Ibuku meninggal dan aku ditemukan oleh penduduk sekitar. Untuk beberapa hari aku dirawat oleh salah satu keluarga di kampung sana, tapi kemudian om-ku datang untuk mengambilku. Hanya itu yang kutahu tentang duniaku di masa lampau, namun sekarang duniaku telah berubah, bukan yang dulu.
Kata orang aku tampan, tapi aku tak tahu. Aku tidak pernah melihat wujudku sendiri, tapi aku tak peduli, itu tidak penting.
Semuanya bagaikan slide-slide film yang melambung dipikiranku. Tidak ada wujud wajah, bentuk tubuh, atau apapun. Semuanya berupa bayangan dan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Terdengar caci maki seorang wanita, namun tidak ada yang membalasnya, meskipun begitu banyak orang di sana. Aku melihat diriku, duduk di paling belakang ruangan. Apa yang akan terjadi? Entahlah, putaran film itu hilang seketika, digantikan dengan suara seseorang yang cukup familiar di telingaku.
"Hey Boy, kamu sendirian di sini?nggak makan?"
Itu suara Linda, gadis yang selalu menemani aku saat istirahat. Aku tidak mempunyai musuh dan setahuku, semua orang merasa biasa saja terhadapku. Namun, aku tidak suka berkumpul ramai-ramai, karena seperti yang telah kukatakan, duniaku berbeda dengan dunia mereka.
"Hai Lin, iya sendirian. Kenapa?"
"Ooh, nggak apa kok.. Nanya aja.. Hmm, mau makan apa Boy? Sekalian nih, aku pesenin.."
"Nggak kok, lagi nggak pengen makan, kamu pesen aja.."
"Oke"
Gadis yang ramah, batinku.. Apakah hanya ada satu orang yang seramah ini di dunia mereka? Di duniaku, aku tidak pernah berinteraksi dengan siapa pun, karena semua hanya bagaikan film yang diputar dan menghilang seketika.
Kriinngg.. Bel masuk kelas berbunyi. Aku sekarang duduk di kelas 3 SMA. Sekolahku tidak begitu bagus, tapi cukup nyaman untukku. Aku segera masuk kelas dan menempati kursi paling belakang. Terdengar suara hentakan sepatu guru wanita, Ibu Meri, dan aku tahu, dia adalah guru tergalak, semua anak menjulukinya singa. Entahlah, apakah karena rambutnya seperti singa atau karena dia galak aku tidak mengerti. Lagi pula aku tidak pernah tahu wujud rambutnya seperti apa.
"Kalian ini.. Niat bersekolah atau tidak??! Sudah kelas 3 SMA, sebentar lagi kalian lulus, mau jadi apa kalian kalau tingkah saja liar sekali?! Saya tidak terima dengan kelakuan kalian yang mencoret-coret kertas ulangan!!" Dia mencaci maki kami dan tidak ada satupun yang menyahut. Sama seperti film yang berputar dibenakku tadi. Seorang wanita, mencaci maki, ramai, tidak ada yang menjawab, aku duduk di paling belakang. Oh, aneh sekali.. Aku selalu mengatakan duniaku berbeda dengan dunia tempat aku berada, tapi mengapa apa yang terlintas dibenakku selalu terjadi di dunia yang kukatakan berbeda itu?
"LIAR SEKALI KALIAN SEPERTI SINGAA!!!" Teriakan itu mengejutkan aku dari lamunanku, dan terdengarlah suara tawa yang meledak. Semua murid menertawakan makian yang terakhir dilontarkan. Ya, aku mengerti, dia mengatakan kami liar seperti singa, sedangkan kami mengatakan dia galak seperti singa. Oh, ada apa dengan singa? Apakah singa adalah hewan terfavorit? Entahlah..
Aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkannya. Film yang terus melambung di benakku, selalu terjadi di dunia yang berbeda, namun tidak pernah kejadian itu terjadi dahulu, baru putaran film itu muncul di benakku. Apakah aku hidup di dua dunia? Aku selalu mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan atau beberapa menit kemudian, atau kapan saja.

bersambung~