refleksi.

Posted in By vika valianty 0 comments

“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Filipi 2 : 6 - 8


JIKA KRISTUS YANG ADALAH TUHAN TELAH MELAKUKAN SEMUANYA INI BAGIKU, APA YANG TELAH AKU LAKUKAN BAGINYA?


Mungkin dalam hidup aku tidak melakukan banyak hal yang menyenangkan hati Tuhan. Dalam setiap pergumulan, apa yang harus aku lakukan, apa yang telah kulakukan benar atau tidak, dan lain sebagainya. Ada kegagalan-kegagalan yang tercipta, sehingga sekuat tenaga aku berusaha melakukan apa yang bisa menyenangkan hati Tuhan, aku selalu merasa aku belum membuat-Nya senang. Contohnya, aku menjalani pelayanan di gereja sejak kelas 4 SD sebagai dancer, tapi sampai sekarang, meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa aku sudah mencapai tingkat tarian yang sangat bagus dan aku pernah mendapat penghargaan “The Best Dance of the Year”, tapi aku masih merasa belum melakukan sepenuhnya untuk Tuhan. Terkadang aku merasa melakukannya untuk diri sendiri, hanya untuk menyenangkan diri dan memenuhi hobby saja, tapi bukan untuk menyembah Tuhan, atau hanya karena formalitas karena sudah dijadwalkan. Terkadang aku berpikir, kalau aku salah saat menari, apa kata orang, tapi bukan bagaimana aku melakukan yang terbaik yang aku bisa untuk Tuhan. Terkadang memang aku melakukannya sungguh-sungguh untuk Tuhan dan aku hanya berfokus kepada Tuhan saat menari, dan memang aku merasakan hal yang berbeda dari biasanya.

Waktu SMP, aku pernah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengikuti kelas akselerasi, pada term-term pertama aku mendapat nilai yang cukup bagus dan pernah menduduki rangking ketiga selama beberapa term, tapi ketika sudah di term-term akhir, seperti di term 5 dan term 6, aku mulai malas, bersungut-sungut, tidak menghargai kesempatan yang telah diberikan Tuhan kepadaku. Seringkali orang tuaku mengingatkan akan kesempatan berharga yang Tuhan berikan itu. Mereka mengingatkan aku untuk rajin belajar dan memberikan yang terbaik sebagai wujud ucapan syukur dan persembahanku kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan istimewa yang tidak semua orang bisa mendapatkan. Kebetulan kelas akselku adalah angkatan terakhir. Aku mulai belajar lagi, tapi tidak semaksimal yang sebelumnya. Ketika UN, aku tidak belajar sama sekali dan beranggapan bahwa aku sudah belajar ketika PRA UN 2 dan PRA UN 3, kebetulan kelas kami pada waktu itu tidak bisa mengikuti PRA UN 1 karena ada ujian term 6. Aku mengerjakan UN dengan sedikit percaya diri dan sedikit-sedikit ingatan yang masih ada ketika aku belajar untuk PRA UN 2 dan 3. Setelah selesai UN dan waktu pengumuman tiba, aku mengatakan kepada mami dan papi kalau aku takut tidak lulus. Satu kalimat yang mami ucapkan kepadaku. “Tuhan adalah Allah yang setia, kalau Ia sudah menuntun vika dari awal masuk aksel, maka sampai vika lulus akselpun Tuhan akan tetap menyertai vika bahkan sampai vika selesai studi nanti”. Aku bersyukur karena nilai UN ku jauh di atas perkiraan dan dugaanku. Sejak itu aku percaya akan penyertaan Tuhan.

Seringkali aku berpikir apa yang sudah kulakukan untuk Tuhan, tapi semua itu ternyata tidak ada bandingnya dengan apa yang telah Dia lakukan untukku akhir-akhir ini. Ada satu karakter dalam diriku yang sangat sulit untuk aku ubah. Padahal aku tahu kalau itu bukan hal yang baik. Namun dengan masalah-masalah yang terjadi di sekitarku, di keluargaku, dan dimana pun aku berada, Tuhan mengubah dan membentuk hatiku. Berada dalam situasi yang penuh dengan masalah bukanlah situasi yang menyenangkan. Berbagai cara kulakukan untuk menghilangkan stress sampai internet pun kujelajahi. Namun tak ada yang berhasil, sampai pada suatu hari aku sampai pada puncak masalah dimana aku menangis tiada henti dan disitulah Tuhan mulai membentuk aku, mengubahkan aku. Aku merasakan begitu banyak hal yang telah Tuhan lakukan dalam hidupku, tapi apa yang aku lakukan tidak ada artinya dibanding dengan apa yang telah Ia lakukan dalam hidupku, keluargaku. Sekarang yang dapat kulakukan hanya berharap dan berdoa kepada Tuhan, agar suatu hari nanti, di waktu yang telah Tuhan siapkan, aku bisa melakukan hal-hal besar yang Tuhan sediakan untukku, agar aku bisa memuliakan nama Tuhan.

.vika.